Papan Logo DPRD pasca Kerusuhan - Dipotret oleh Raihan
Mèrtika, Cirebon - Pasca kerusuhan yang melanda gedung
DPRD Kota Cirebon, suasana getir merebak di sejumlah anggota dewan dan staf sekretariat
DPRD. Pembenahan dan perbaikan Gedung masih bertahap, taksiran kerugian Gedung juga
masih gagap. Kondisi ini ditemukan ketika punggawa Mèrtika yang tengah bertugas
untuk Radar Cirebon Televisi meliput ke sana.
Minggu, 31 Agustus 2025 kemarin, terlihat seorang pria
terduduk dengan tatapan kosong di depan pos sekuriti yang hampir tanpa kaca. Tepatnya
pada pukul 08.00 WIB. Ia sontak berdiri ketika melihat seorang yang memarkir di
gerbang masuk Gedung DPRD yang tertutup rapat dengan gembok dan rantai. Punggawa
Mèrtika itu kemudian memperkenalkan diri untuk menjalankan tugasnya sebagai
wartawan.
“saya dari Radar pak, izin mau meliput tentang DPRD. utamanya
pasca kerusuhan, kaya kondisi Gedung, dan aktivitas yang bakal dilakukan,” ujar
wartawan.
“oh untuk saat ini masih dalam status quo mas, gak
boleh diapa-apain, tapi saya coba hubungi atasan saya, atau staf DPRD dulu
ya” jawabnya dengan sopan.
Lima belas menit kemudian, barulah wartawan diperbolehkan
masuk melalui gerbang keluar DPRD. Ia dimintai tanda pengenal untuk menunjukkan
legalitas tugasnya.
Sekuriti itu melihat surat tugas si wartawan seraya
memberi pengertian soal prosedur keamanan. Kemudian ia mengajak untuk duduk yang
tersedia di samping pos skuriti pintu keluar Gedung DPRD.
“bukan apa-apa ya mas, soalnya ini kan kondisinya
belum tahu sudah aman atau belum. Dan kayanya masnya baru ya. Soalnya saya
kenal sama orang-orang radar, apalagi tv-nya,” kata seorang sekuriti, sembari
menyebutkan nama-nama wartawan senior di Radar.
Tak lama kemudian, dua orang dari kepolisian Cirebon
Kota tiba. Mereka ingin melihat situasi dan mengambil sejumlah dokumentasi untuk
dilaporkan kepada atasannya. Lantas wartawan itu dengan mudah untuk sama-sama
merekam porak-porandanya gedung DPRD Kota Cirebon. Baik di luar, di dalam,
maupun di lantai duanya.
Kondisi
Gedung DPRD dan Dalang dari Kehancurannya
Dipotret dan dikolase oleh Raihan
Mulai dari paling luar, selain pos sekuriti pintu
masuk yang hancur tak karuan, papan nama DPRD Kota Cirebon di ujung kanan
bawahnya patah. Gedung DPRD terlihat sebagian kaca jendela pecah menyisakan
kepingannya menempel di bingkai. Tiga pot bunga yang terbuat dari semen
tergeletak dengan tanahnya yang berhamburan. Begitu juga dengan bambu dan batu
di pelataran.
Kemudian di dalam gedungnya, barulah terlihat dampak
kerusuhan massa pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Serpihan beling berserakan di
lantai gedung DPRD. Sebelah kanan dari pintu masuknya, terlihat lemari cermin tidak
berdaya memajang cendera mata. Bahkan diperparah dengan sofa yang
terbolak-balik, bangku yang tersangkut di jendela ruang wartawan, hingga ruang
tamu VIP yang mengenaskan.
Namun kondisi ini menurut orang-orang yang mayoritas
petugas pengaman di sini, masih mending ketimbang di DPRD Kabupaten Cirebon.
Karena ini berhasil dicegah sebelum parah. Pihak kepolisian dan sekuriti ini mengapresiasi
kesigapan aparat militer. Bahkan, pihaknya berhasil menggagalkan penjarahan
monitor yang berada di ruang wakil ketua DPRD.
Mereka juga bercerita geramnya berhadapan dengan kelompok
yang tengil mengejek kepolisian. Ditambah, kelompok ini jelas terindikasi
anak-anak Sekolah Teknik Mesin (STM). Dengan umpatan yang memberi warna cerita
mereka.
Seorang polisi menuturkan bahwa mereka dihina dengan
kata-kata kasar dan isyarat tidak pantas oleh massa. Menurut keterangan polisi,
sebagian massa diduga berasal dari kelompok pelajar. Namun informasi ini belum
terbukti secara resmi.
Kabarnya polisi itu telah mengantongi nama orang-orang
yang melakukan provokasi. Namun mereka hanya mampu sebatas itu, sampai kondisi
kembali rusuh. Jika kerusuhan tidak mereda, maka mereka berambisi mengejar
hingga ke rumah orang tersebut. Polisi juga menyebut adanya coretan simbol
tertentu di tembok sekitar kota, yang masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
“Iya, ari mahasiswa mah benar, kita kenal, malah sudah
dikondisikan. Ini dari organisasi sama anak konten STM,” terangnya.
Dua orang dari kepolisian ini juga menyambut baik
perintah presiden untuk melakukan tindakan terukur.
“Nah kalau nanti mah enak, kita-nya gak keder.
Bukan apa-apa. Dari pada kejadian kaya kemarin ngejarahin barang-barang,”
sambutnya.
Tanggap dan Agenda
Dewan yang Tertunda Berikut Alasannya
Pukul 14.30 WIB, salah seorang pihak sekretariat DPRD
tiba di gedung halaman. Ia terlihat ragu melangkah ketika si wartawan
menyodorkan tangannya seraya menyampaikan maksud dan tujuan. Kemudian disusul
dengan kedatangan salah satu anggota dewan beserta tim kreatifnya. Mereka semua
tidak terlepas dari tujuan mengontrol kondisi gedung kantornya.
Pihak Dewa sempat terlibat lempar-melempar wewenang
untuk menjawab sejumlah pertanyaan si wartawan. Di sisi lain para tim kreatif
tiada henti mengimbau untuk majikannya tidak bersuara dan muncul di media.
Kondisi ini membuat wartawan mesti memutar otak untuk menjelaskan keadaan dan
menenangkan keadaan yang dewan takutkan ke depannya.
“Bapak saja, saya kan Cuma staff,” ujar staf
sekretariat. “Loh ya jangan, bapak sih lebih bahaya. Engko (nanti) digulati
(dicari) rumahnya di mana,” tegas salah satu tim media yang sebelumnya merekam anggota
dewan, majikannya.
Kendati demikian, si wartawan telah mengumpulkan
informasi dari obrolan yang terjalin dari pagi hingga menjelang sore tersebut.
Bahwa hingga beberapa hari ke depan, gedung DPRD Kota Cirebon akan dilaksanakan
inventarisir juga perbaikan secara bertahap. Pihaknya masih syok atas hancurnya
tempat kerja mereka.
“Intinya si mas, kita ga mau memperkeruh keadaan. Kita
saja masih takut mas. Lihat saja kondisinya seperti ini,”
Hingga berita ini diturunkan, pihak DPRD Kota Cirebon
bersama aparat keamanan masih melakukan inventarisasi kerusakan dan penyusunan
langkah perbaikan. Sementara itu, aparat kepolisian menyatakan akan terus
menyelidiki pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kerusuhan, sembari
menekankan pentingnya menjaga ketertiban agar situasi tidak kembali memanas.
Penulis:
Raihan Athaya Mustafa
Editor:
Redaksi Mèrtika
0 Komentar